Sabtu, 16 April 2011

WDS ( Wireless Distribution System )

     Wireless Distribution System (WDS) Memungkinkan Interconnection Beberapa Access Point dalam Suatu Environment Wireless Network dengan Wireless Distribution System (WDS) memungkinkan jaringan wireless dikembangkan menggunakan beberapa access point tanpa harus memerlukan backbone kabel jaringan untuk menghubungkan mereka, seperti cara tradisional.

     Suatu access point bisa menjadi sebuah station utama, relay, atau remote base station. Suatu base station utama pada umumnya dihubungkan dengan system Ethernet. Base station relay merelay station-2 kepada base station utama atau relay station lainnya. Remote base station menerima koneksi dari clients wireless dan melewatkannya ke main station atau ke relay station juga. Koneksi antar clients menggunakan MAC address dibanding memberikan spesifikasi IP address. Semua base station dalam Wireless Distribution System (WDS) harus dikonfigure menggunakan channel radio yang sama, methoda inkripsi (tanpa inkripsi, WEP, atau WAP) dan juga kunci inkripsi yang sama. Mereka bisa dikonfigure dengan menggunakan SSID (service set identifiers) yang berbeda sebagai identitas. Wireless Distribution System (WDS) juga mengharuskan setiap base station untuk bisa melewatkan kepada lainnya didalam system.

      Wireless Distribution System (WDS) bisa juga direferensikan sebagai mode repeater karena dia bisa tampak sebagai Bridge dan juga menerima wireless clients pada saat bersamaan (tidak seperti system bridge tradisional). Tetapi perlu juga diperhatikan bahwa throughput dalam metoda ini adalah menjadi setengahnya untuk semua clients yang terhubung secara wireless. Wireless Distribution System (WDS) bisa digunakan dalam dua jenis mode konekstivitas antar Access point

  • Wireless Bridging dimana komunikasi access points Wireless Distribution System hanya satu dengan lainnya (antar AP) dan tidak membolehkan wireless clients lainnya atau Station(STA) untuk mengaksesnya.
  • Wireless repeater dimana access point berkomunikasi satu sama lain dan juga dengan wireless Station (STA)

      Kunci inkripsi yang secara dinamis di berikan dan dirotasi biasanya tidak disupport dalam koneksi Wireless Distribution System (WDS). Ini berarti dynamic inkripsi WPA (Wi-Fi Protected Access) dan technology dynamic key lainnya dalam banyak kasus tidak dapat digunakan, walaupun WPA menggunakan pre-shared key adalah memungkinkan. Hal ini dikarenakan kurangnya standarisasi dalam issue ini, yang mungkin saja di selesaikan dengan standard 802.11s mendatang. Sebagai akibatnya cukuplah kunci static WEP dan WPA yang bisa digunakan dalam koneksi Wireless Distribution System, termasuk segala station yang difungsikan sebagai access point WDS repeater. Akan tetapi sekarang ini sudah banyak vendor yang telah engadopsi standard 802.11i dalam produk access point mereka sehingga WPA / WPA2 adalah standard keamanan koneksi mereka (setidaknya yang mereka claim). Gambar dibawah ini adalah access point yang dihubungkan dengan WDS Link point-to-point :










WDS Point to Point - Diagram
      Dengan Wireless Distribution System, anda bisa membangun infrastrucktur wireless tanpa harus membangun backbone kabel jaringan sebagai interkoneksi antar bridge. Wireless Distribution System
fitur memungkinkan kita membuat jaringan-2 wireless yang besar dengan cara membuat link beberapa wireless access point dengan WDS Links. Wireless Distribution System normalnya digunakan untuk membangun jaringan yang besar dimana menarik kabel jaringan adalah tidak memungkinkan, alias mahal, terbatas, atau secara fisik tidak memungkinkan untuk ditarik.













WDS Point to Multi Point
      Gambar diatas ini adalah contoh konfigurasi WDS Link yang menghubungkan Point to multi point WDS Link. Sementara gambar dibawah berikut ini menggambarkan contoh diagram WDS Link yang berfungsi sebagai WDS Repeater.








WDS Repeater
Wireless Bridge dan Wireless Repeater
      Pada diagram tiga gambar diatas, WDS dapat di bangun dalam beberapa konfigurasi, point-to-point; point-to-multipoint; dan WDS repeater.

Wireless Bridge
      Wireless Distribution System yangditunjukkan pada gambar dibawah ini sering disebut sebagai konfigurasi “wireless bridge”, karena terjadi koneksi dua jaringan LAN pada layer data link. Access point bertindak sebagai standard bridge yang melewatkan traffic antar WDS Link (link yang menghubungkan ke access point / bridge lainnya) dan sebuah Ethernet port. Sebagai standard bridge, access point mempelajari MAC address sampai 64 wireless dan atau total 128 piranti wireless dan wired, yang dikoneksikan ke masing-2 port Ethernet untuk membatasi jumlah data yang dilewatkan. Hanya data yang ditujukan kepada station yang diketahui berada pada peer Ethernet link, data multicast atau data dengan tujuan yang tidak diketahui yang perlu dilewatkan ke peer access point melalui WDS link.

IP Adress & Subnetting

     Internet Protocol (IP) address adalah alamat numerik yang ditetapkan untuk sebuah komputer yang berpartisipasi dalam jaringan komputer yang memanfaatkan Internet Protocol untuk komunikasi antara node-nya. Walaupun alamat IP disimpan sebagai angka biner, mereka biasanya ditampilkan agar memudahkan manusia menggunakan notasi, seperti 208.77.188.166 (untuk IPv4), dan 2001: db8: 0:1234:0:567:1:1 (untuk IPv6). Peran alamat IP adalah sebagai berikut: "Sebuah nama menunjukkan apa yang kita mencari. Sebuah alamat menunjukkan di mana ia berada. Sebuah route menunjukkan bagaimana menuju ke sana."
    
     Alamat IP (Internet Protocol Address atau sering disingkat IP) adalah deretan angka biner antar 32-bit sampai 128-bit yang dipakai sebagai alamat identifikasi untuk tiap komputer host dalam jaringan Internet. Panjang dari angka ini adalah 32-bit (untuk IPv4 atau IP versi 4), dan 128-bit (untuk IPv6 atau IP versi 6) yang menunjukkan alamat dari komputer tersebut pada jaringan Internet berbasis TCP/IP.
Sistem pengalamatan IP ini terbagi menjadi dua, yakni:
  • IP versi 4 (IPv4)
  • IP versi 6 (IPv6)

Alamat IP versi 4

Alamat IPv4 terbagi menjadi beberapa jenis, yakni sebagai berikut:
  • Alamat Unicast, merupakan alamat IPv4 yang ditentukan untuk sebuah antarmuka jaringan yang dihubungkan ke sebuah internetwork IP. Alamat Unicast digunakan dalam komunikasi point-to-point atau one-to-one.
  • Alamat Broadcast, merupakan alamat IPv4 yang didesain agar diproses oleh setiap node IP dalam segmen jaringan yang sama. Alamat broadcast digunakan dalam komunikasi one-to-everyone.
  • Alamat Multicast, merupakan alamat IPv4 yang didesain agar diproses oleh satu atau beberapa node dalam segmen jaringan yang sama atau berbeda. Alamat multicast digunakan dalam komunikasi one-to-many.

Representasi Alamat

     Alamat IP versi 4 umumnya diekspresikan dalam notasi desimal bertitik (dotted-decimal notation), yang dibagi ke dalam empat buah oktet berukuran 8-bit. Dalam beberapa buku referensi, format bentuknya adalah w.x.y.z. Karena setiap oktet berukuran 8-bit, maka nilainya berkisar antara 0255 (meskipun begitu, terdapat beberapa pengecualian nilai). hingga
Alamat IP yang dimiliki oleh sebuah host dapat dibagi dengan menggunakan subnet mask jaringan ke dalam dua buah bagian, yakni:
  • Network Identifier/NetID atau Network Address (alamat jaringan) yang digunakan khusus untuk mengidentifikasikan alamat jaringan di mana host berada. Template:BrSemua sistem di dalam sebuah jaringan fisik yang sama harus memiliki alamat network identifier yang sama. Network identifier juga harus bersifat unik dalam sebuah internetwork. Alamat network identifier tidak boleh bernilai 0 atau 255.
  • Host Identifier/HostID atau Host address (alamat host) yang digunakan khusus untuk mengidentifikasikan alamat host di dalam jaringan. Nilai host identifier tidak boleh bernilai 0 atau 255 dan harus bersifat unik di dalam network identifier di mana ia berada. 

Kelas A

     Alamat-alamat unicast kelas A diberikan untuk jaringan skala besar. Nomor urut bit tertinggi di dalam alamat IP kelas A selalu diset dengan nilai 0 (nol). Tujuh bit berikutnya—untuk melengkapi oktet pertama—akan membuat sebuah network identifier. 24 bit sisanya (atau tiga oktet terakhir) merepresentasikan host identifier. Ini mengizinkan kelas A memiliki hingga 126 jaringan, dan 16,777,214 host tiap jaringannya. Alamat dengan oktet awal 127 tidak diizinkan, karena digunakan untuk mekanisme Interprocess Communication (IPC) di dalam mesin yang bersangkutan.

Kelas B

     Alamat-alamat unicast kelas B dikhususkan untuk jaringan skala menengah hingga skala besar. Dua bit pertama di dalam oktet pertama alamat IP kelas B selalu diset ke bilangan biner 10. 14 bit berikutnya (untuk melengkapi dua oktet pertama), akan membuat sebuah network identifier. 16 bit sisanya (dua oktet terakhir) merepresentasikan host identifier. Kelas B dapat memiliki 16,384 network, dan 65,534 host untuk setiap network-nya.

Kelas C

     Alamat IP unicast kelas C digunakan untuk jaringan berskala kecil. Tiga bit pertama di dalam oktet pertama alamat kelas C selalu diset ke nilai biner 110. 21 bit selanjutnya (untuk melengkapi tiga oktet pertama) akan membentuk sebuah network identifier. 8 bit sisanya (sebagai oktet terakhir) akan merepresentasikan host identifier. Ini memungkinkan pembuatan total 2,097,152 buah network, dan 254 host untuk setiap network-nya.

Kelas D

     Alamat IP kelas D disediakan hanya untuk alamat-alamat IP multicast, sehingga berbeda dengan tiga kelas di atas. Empat bit pertama di dalam IP kelas D selalu diset ke bilangan biner 1110. 28 bit sisanya digunakan sebagai alamat yang dapat digunakan untuk mengenali host. Untuk lebih jelas mengenal alamat ini, lihat pada bagian Alamat Multicast IPv4.

Kelas E

     Alamat IP kelas E disediakan sebagai alamat yang bersifat "eksperimental" atau percobaan dan dicadangkan untuk digunakan pada masa depan. Empat bit pertama selalu diset kepada bilangan biner 1111. 28 bit sisanya digunakan sebagai alamat yang dapat digunakan untuk mengenali host.

Alamat IP lainnya

    Jika ada sebuah intranet tidak yang terkoneksi ke internet, semua alamat IP dapat digunakan. Jika koneksi dilakukan secara langsung (dengan menggunakan teknik routing) atau secara tidak langsung (dengan menggunakan proxy server), maka ada dua jenis alamat yang dapat digunakan di dalam internet, yaitu public address (alamat publik) dan private address (alamat pribadi).

Alamat publik

     Alamat publik adalah alamat-alamat yang telah ditetapkan oleh InterNIC dan berisi beberapa buah network identifier yang telah dijamin unik (artinya, tidak ada dua host yang menggunakan alamat yang sama) jika intranet tersebut telah terhubung ke Internet.
Ketika beberapa alamat publik telah ditetapkan, maka beberapa rute dapat diprogram ke dalam sebuah router sehingga lalu lintas data yang menuju alamat publik tersebut dapat mencapai lokasinya. Di internet, lalu lintas ke sebuah alamat publik tujuan dapat dicapai, selama masih terkoneksi dengan internet.

Alamat ilegal

     Intranet-intranet pribadi yang tidak memiliki kemauan untuk mengoneksikan intranetnya ke internet dapat memilih alamat apapun yang mereka mau, meskipun menggunakan alamat publik yang telah ditetapkan oleh InterNIC. Jika sebuah organisasi selanjutnya memutuskan untuk menghubungkan intranetnya ke internet, skema alamat yang digunakannya mungkin dapat mengandung alamat-alamat yang mungkin telah ditetapkan oleh InterNIC atau organisasi lainnya. Alamat-alamat tersebut dapat menjadi konflik antara satu dan lainnya, sehingga disebut juga dengan illegal address, yang tidak dapat dihubungi oleh host lainnya.

Alamat Privat

     Setiap node IP membutuhkan sebuah alamat IP yang secara global unik terhadap internetwork IP. Pada kasus internet, setiap node di dalam sebuah jaringan yang terhubung ke internet akan membutuhkan sebuah alamat yang unik secara global terhadap internet. Karena perkembangan internet yang sangat amat pesat, organisasi-organisasi yang menghubungkan intranet miliknya ke internet membutuhkan sebuah alamat publik untuk setiap node di dalam intranet miliknya tersebut. Tentu saja, hal ini akan membutuhkan sebuah alamat publik yang unik secara global.
Subnetting adalah teknik memecah suatu jaringan besar menjadi jaringan yang lebih kecil dengan cara mengorbankan bit Host ID pada subnet mask untuk dijadikan Network ID baru.

Analogynya seperti dibawah ini.

     Jika terdapat 120 orang siswa SMA memilih jurusan IPA, akan lebih baik bila seluruh total siswa tersebut dibagi menjadi 4 kelas sehingga masing-masing kelas terdiri dari 30 orang siswa dari pada dijadikan 1 kelas besar tanpa ada pembagian. Kosep pembagian seperti inilah yang dianut dalam subnetting.

Contoh:

     Alamt IP 192.168.10.0 dengan subnet mask default 255.255.255.0 didefinisikan sebagai kelas C yang yang berarti alamat IP tersebut tanpa subnetting hanya memiliki satu alamat network dengan 254 buah alamat IP yang dapat dibuat (192.168.10.1 s/d 192.168.10.254).

     Sekarang kita akan membagi network yang sudah ada kedalam beberapa sub network menggunakan teknik subnrtting dengan cara mengganti beberapa bit Host ID yang ada pada subnet mask dengan angka 1.

Sebelum subnetting:

IP addres : 192.168.10.0
Subnet Mask dalam Biner : 11111111.11111111.11111111.00000000
Subnet Mask dalam Desimal : 255.255.255.0

Stelah DiSubnetting Menjadi:


IP addres : 192.168.10.0
Subnet Mask dalam Biner : 11111111.11111111.11111111.11000000
Subnet Mask dalam Desimal : 255.255.255.192

     Perhatikan bilangan biner yang di ganti, 2 bit angka 0 pada bagian Host ID saya ganti dengan 11 sehingga didapatkan subnet baru 255.255.255.192(anda tentu diperbolehkan mengganti dengan biner 111.1111.11111.111111 atau 1111111). Terus apa yang bisa lita lakukan dengan subnet yang baru tersebut?, Biasanya pembahasanya meliputi :
Berapa jumlah subnet?
Berapa jumlah host persubnet?
Berapa jumlah rentang Ip dan Ip yang bisa digunakan?
nah dibawah ini akan saya bahas... ;)

1). Menentukan Jumlah subnet (Sub Jaringan) baru yang terbentuk.
gunakan rumus 2^n-2 dengan n adalah jumlah bit 1 pada host ID yang telah dimodifikasi(11000000), maka didapat 2^n-2 =2. jadi IP 192.168.10.0 setelah
di subnetting didapatkan 2 subnet baru.

2. Menetukan Jumlah Host persubnet (Per sub Jaringan)
    Gunakan rumus 2^h-2, dengan h adalah jumlah bit 0 pada host ID (11000000),maka
di dapat 2^h-2=62, jadi terdapat 62 host persubnet. atau dengan kata lain dari 2 kelompok sub jaringan yang ada, masing-masing sub jaringan dapat menampung 62 komputer dengan alamat IP yang berbeda.

Perhatian: karena pada contoh ini kita menggunakan kelas c, jadi penghitungan bit 0
hanya dilakukan mulai dari octat ke 4 saja. untuk kelas A anda harus menhitungnya
mulai dari octat ke 2,3 dan 4 serta kelas B mulai dari octat ke 3 dan 4 selama octat-octat
tersebut tidak bernilai 1.

3. Menentukan Block subnet dan rentang IP Address
   Block subnet diperoleh dengan cara mengurangi 256(2^8) dengan angka dibelakang subnet musk yang telah dimodifikasi, 256-192=64, setelah itu jumlahkan angka hasil pengurangan ini sampai sama dengan angka dibelakang subnet sehingga didapat 64+64=128, 128+64=192. jadi kelompok IP address yang diterapkan pada 2 sub jaringan baru tersebut adalah 64:

192.168.10.64 s/d 192.168.127, subnet ke 1

192.168.10.128 s/d 192.168.191, subnet ke 2

4. Menentukan IP Address yang bisa digunakan.
    Dari rentang IP Address pada masing-masing subnet diatas tidak semuanya dapat digunakan.

IEEE ( 802.3, 802.5, 802.11 )

IEEE 802.3 

     IEEE 802.3 adalah sebuah kumpulan standar IEEE yang mendefinisikan lapisan fisik dan sublapisan media access control dari lapisan data-link dari standar Ethernet berkabel. IEEE 802.3 mayoritas merupakan teknologi Local Area Network (LAN).

Sebuah frame IEEE 802.3 terdiri atas beberapa field sebagai berikut:

  •   Header IEEE 802.3:
o Preamble
o Start Delimiter
o Destination Address
o Source Address
o Length

  •   Header IEEE 802.2 Logical Link Control:
o Destination Service Access Point (DSAP)
o Source Service Access Point (SSAP)
o Control
  • Payload
  • Trailer IEEE 802.3:
o Frame Check Sequence (FCS)

Preamble
     Field Preamble adalah sebuah field berukuran 7 byte yang terdiri atas beberapa bit angka 0 dan 1 yang dapat melakukan sinkronisasi dengan perangkat penerima. Setiap byte dalam field ini berisi 10101010.

Start Delimiter
     Field Start Delimiter adalah sebuah field berukuran 1 byte yang terdiri atas urutan bit 10101011, yang mengindikasikan permulaan frame Ethernet yang bersangkutan. Kombinasi antara field Preamble dalam IEEE 802.3 dan Start Delimiter adalah sama dengan field Preamble dalam Ethernet II, baik itu ukurannya maupun urutan bit yang dikandungnya.

Destination Address
     Field Destination Address adalah field berukuran 6 byte yang sama dengan field Destination Address dalam Ethernet II, kecuali dalam IEEE 802.3 mengizinkan ukuran alamat 6 byte dan juga 2 byte. Meskipun demikian, alamat 2 byte tidak sering digunakan.

Source Address
     Field Source Address adalah field berukuran 6 byte yang sama dengan field Source Address dalam Ethernet II, kecuali dalam IEEE 802.3 mengizinkan ukuran alamat 6 byte dan juga 2 byte. Meskipun demikian, alamat 2 byte tidak sering digunakan.

Length
     Field Length adalah sebuah field yang berukuran 2 byte yang mengindikasikan jumlah byte dimulai dari byte pertama dalam header LLC hingga byte terakhir field Payload. Field ini tidak memasukkan header IEEE 802.3 atau field Frame Check Sequence. Ukuran minimumnya adalah 46 (0x002E), dan nilai maksimumnya adalah 1500 (0x05DC).

Destination Service Access Point
     Field Destination Service Access Point (DSAP) adalah sebuah field berukuran 1 byte yang mengindikasikan protokol lapisan tinggi yang digunakan oleh frame pada node tujuan. Field ini adalah salah satu dari field-field IEEE 802.2 Logical Link Control (LLC). Field ini bertindak sebagai tanda pengenal protokol (protocol identifier) yang digunakan di dalam format frame IEEE 802.3. Nilai-nilainya ditetapkan oleh IANA.

Source Service Access Point
Field Source Service Access Point (SSAP) adalah sebuah field berukuran 1 byte yang mengindikasikan protokol lapisan tinggi yang digunakan oleh frame pada node sumber. Field ini adalah salah satu dari field-field IEEE 802.2 Logical Link Control (LLC). Field ini bertindak sebagai tanda pengenal protokol (protocol identifier) yang digunakan di dalam format frame IEEE 802.3.

 IEEE 802.5 (token ring)
     Merupakan LAN ring yang populer yang beroperasi pada kecepatan antara 4 s.d 16 Mbps.
Berdasarkan alokasi channelnya, jaringan broadcast dapat dibagi menjadi dua, yaitu statik dan dinamik. Jenis al;okasi statik dapat dibagi berdasarkan waktu interval-interval diskrit dan algoritma round robin, yang mengijinkan setiap mesin untuk melakukan broadcast hanya bila slot waktunya sudah diterima. Alokasi statik sering menyia-nyiakan kapasitas channel bila sebuah mesin tidak punya lgi yang perlu dikerjakan pada saat slot alokasinya diterima. Karena itu sebagian besar sistem cenderung mengalokasi channel-nya secara dinamik (yaitu berdasarkan kebutuhan).

IEEE 802.11 (Wireless Local Area Network, WLAN) 
     Didirikan pada September 1990 dengan tugas menyatukan ide-ide mutakhir dalam pengembangan teknologi WLAN dengan kecepatan di atas 1Mb/s. Standar terakhir yang telah diterbitkan kelompok ini adalah IEEE 802.11n, yang kecepatannya 600x target yang ditetapkan. Proyek yang saat ini tengah dikerjakan berusaha mencapai target baru sebesar 5000 Mb/s.
Standard IEEE 802.11 telah membaur dalam dunia Internet nirkawat beberapa tahun terakhir. WiFi menjadi layanan yang harus ada di kantor, rumah, hotel, resto, bandara, dan nyaris segala tempat. Notebook, smartphone, kamera, dan berbagai gadget takkan lengkap tanpa WiFi. Dan adik kandung WiFi, yaitu WiMAX (yang dikerjakan kelompok kerja lain, IEEE 802.16), mulai menjadi pesaing nyata bagi teknologi seluler.

Selasa, 12 April 2011

Menghubungkan Acces Point

Alat dan Bahan
     - Wireless AP sebanyak 3 buah.
     - Switch 
     - Notebook 3 buah
     - Kabel UTP (straight) 

Langkah Langkah Percobaan
     - Pertama buat access point dengan mengkonfigurasinya seperti percobaan yang lalu.
     - Ketik IP Address default Access Point pada browse, kemudian msukkan username dan password seperti gambar ini :







Kemudian Klik Run Wizard, Lalu akan muncul seperti gambar di bawah ini :













Masukkan Password, kemudian klik next












Masukkan SSID dan pilih channel  

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Pilih Jenis Security Yang ingin dipakai











Masukkan Password di kolom first key











Setelah itu akan restart seperti gambar dibawah







Atur DHCP server. Ubah IP Assigment. Range 10. Gateway. Lalu apply.





















Sambungkan Kabel LAN ke AP dan Switch. cek koneksi dengan komputer lain dengan ping seperti gambar dibawah :

  


















 

Rabu, 06 April 2011

Lap Prak. Jarkom 3 : Membuat Jaringan WLAN pada 1 Baris

1. Alat dan Bahan
   - Laptop
   - Wireless D-Link DWL-2100AP

2. Langkah Percobaan
    - Dalam Percobaan ini Kita memakai Access point Dlink DWL-2100AP yang memiliki alamat IP default 192.168.0.50. Tujuannya diberi IP adalah agar kita bisa mengkonfigurasi melalui browser. 

    - Hubungkan Wireless ke laptop menggunakan kabel LAN, kemudian atur IP dengan cara : local Area Connection -> local area properties -> internet protocol (TCP/IP) properties sehingga   
      menjadi seperti pada gambar berikut :

       - Cek Koneksi Laptop dengan AP, apakah sudah terkoneksi. cara ceknya dengan menggunakan ping. jika terlihat seperti gambar dibawah berarti laptop telah terkoneksi dan bila belum akan muncul tulisan Request Time Out.

     - Masuk ke browser lalu ketikkan IP default AP (192.168.0.50). lalu akan muncul kolom seperti dibawah. isi username dengan nama admin.

     - Lalu akan muncul window seperti dibawah. Untuk menjalankan system konfigurasi Wireless, pilihlah run wizard lebih praktis untuk melakukan konfigurasi. 

     - Kemudian muncul window untuk mengisikan password baru.

     - Isi Nama SSID, dan pilih sesuai data yang ada pada channel (untuk memberi ruang beberapa laptop yang nantinya akan terkoneksi dengan wireless)

      - Pilih Jenis security pada listbox.
      - Pilih Key type (Hex), key size, dan First Key (password untuk membuka koneksi Wireless).

      -  Konfigurasi selesai, selanjutnya klik restart untuk mengapply konfigurasi yang dibuat.


     - Setelah selesai restart akan muncul window seperti ini.

     - Kemudian atur DHCP Server Wirelees sebagai titik referensi IP address laptop yang akan dihubungkan. .

     - Buka Wireles Connection, apakah wireless yang dibuat sudah ada. kemudian pilih wireless yang dibuat tersebut.

     - Kemudian akan muncul security, masukkan password yang tadi dibuat.

     - Untuk melihat setting yang kita buat, bisa dilihat seperti gambar dibawah.


Rabu, 23 Maret 2011

Lap Prak. Jarkom 2

A. Alat - alat

1. Kabel UTP












2. Connector RJ45












3. Tang Crimping











4. LAN Tester











5. Switch











6. PC / Notebook












B. Langkah - Langkah Percobaan

1. Siapkan 2 Kabel utp untuk membuat kabel straight dan cross.
2. Kupas kulit luar dari 2 kabel utp (kira-kira 2 m) dengan menggunakan pengupas
kabel pada crimping tools.
3. Kemudian susun masing-masing ujung kabel utp 1 secara straight (T-568B)
4. Kemudian susun ujung 1 kabel utp 2 secara straight (T-568B) lalu ujung lainnya secara cross (T-568A).

4. Setelah kabel tersusun, kemudian rapikan ujung kabel agar saat di masukkan kekonektor RJ 45 semua ujung kabel mengenai tembanga yang ada di RJ 45.

5. Setelah ujung kabel rapi, kemudian dengan tetap memegang(menekan) ujung kabel dimasukkan ke RJ 45. saat memasukkan pastikan semua ujung kabel mengenai tembaga di RJ 45 dan ujung kabel yang belum di kupas juga masukkan ke RJ 45.

6. Kemudian tekan crimp tool sekuat tenaga supaya semua pin RJ-45 masuk dan menembus pelindung kabel UTP yang kecil. Apabila kurang kuat menekan kemungkinan kabel UTP tidak tersobek oleh pin RJ-45 sehingga kabel tersebut tidak konek. Dan apabila pembungkus bagian luar tidak masuk kedalam konektor RJ-45, apabila kabel tersebut sering digerak-gerakan, kemungkinan besar posisi kabel akan bergesar dan bahkan copot.
 
7. lakukan semua langkah diatas pada semua kabel.
 
C. Pengujian 
 
Berikut adalah hasil pengujian UTP pada laptop/komputer:
 

Senin, 21 Maret 2011

Teknologi LAN & WAN

LAN (Local Area Network)

           Adalah kumpulan beberapa komputer yang terdiri atas 1 server dan beberapa client yang masing - masing terhubung satu sama lain baik itu client dengan client atau client dengan server. Dengan adanya hubungan LAN ini tiap komputer bisa saling bertukar file maupun ingin menggunakan printer asalkan komputer tersebut terhubung dengan jaringan LAN.

Bahan serta peralatan yang diperlukan :

1. PC/Laptop
2. Kabel UTP (Unshielded Twisted Pair)
    Kabel yang digunakan untuk penghubung antar komputer dan peralatan jaringan (hub atau switch).
3. Konektor RJ-45
    Sebagai konektor kabel UTP.


4. Hub
    Media atau alat yang menghubungkan peralatan sehingga menjadikannya dalam satu segmen.
5. Tang Crimping
    Untuk mengepreskan kabel UTP dengan konektor RJ-45.


Macam - macam Topologi LAN :


1. Topologi BUS
    Pada topologi bus biasanya menggunakan kabel koaksial. Seluruh jaringan biasanya merupakan satu saluran kabel yang kedua ujungnya diterminasi dengan alat berupa Terminator.


Keuntungan
• Hemat kabel
• Layout kabel sederhana
• Mudah dikembangka

2. Topologi RING
    Metode ring (sering disebut ring saja) adalah cara menghubungkan komputer sehingga berbentuk ring (lingkaran). Setiap simpul mempunyai tingkatan yang sama. Jaringan akan disebut sebagai loop, data dikirimkan kesetiap simpul dan setiap informasi yang diterima simpul diperiksa alamatnya apakah data itu untuknya atau bukan.Pada topologi ini kabel yang digunakan akan membentuk lingkaran tertutup sehingga mengesankan cincin tanpa ujung. Secara umum layout topologi ring juga relatif sederhana.

Keuntungan
• Hemat Kabel

Kerugian
• Peka kesalahan
• Pengembangan jaringan lebih kaku


3. Topologi STAR
    Kontrol terpusat, semua link harus melewati pusat yang menyalurkan data tersebut kesemua simpul atau client yang dipilihnya. Simpul pusat dinamakan stasium primer atau server dan lainnya dinamakan stasiun sekunder atau client server. Setelah hubungan jaringan dimulai oleh server maka setiap client server sewaktu-waktu dapat menggunakan hubungan jaringan tersebut tanpa menunggu perintah dari server.
pada jaringan akan berkomunikasi melalui sebuah pusat atau konsentrator. Aliran data setiap node akan menuju konsentrator (HUB) terlebih dahulu sebelum ke node tujuan. Dengan menggunakan topologi jenis ini maka jaringan mudah dikembangkan dengan menarik kabel ke konsentrator/node pusat.


WAN (Wide Area Network)

          Adalah kumpulan LAN yang dihubungkan oleh alat komunikasi modem dan jaringan internet. Dengan adanya jaringan ini tiap perusahaan dapat bertukar data baik secara fisik berbeda kota, provinsi bahkan lintas negara dan benua dengan lebih cepat dengan biaya yang relatif murah.
         
Perangkat jaringan WAN

1. Router
    Menunjukkan jalur dan menyaring informasi pada jaringan yang berbeda. Beberapa diantaranya secara otomatis mampu mendeteksi jalur informasi di area yang bermasalah sehingga dapat dialihkan melalui jalur lain.

2. ATM Switch
    Menyediakan tranfer data berkecepatan tinggi antara LAN dan WAN.

3. Modem & CSU/DSU
    Modem mengkonversi sinyal digital dan analog. Pada saat pengiriman, sinyal akan diubah menjadi analog dan di sisi penerima sinyal akan diubah kembali menjadi digital kembali. Sedangkan CSU/DSU sama seperti modem hanya saja mengirim data dalam format digital melalui jaringan telepon digital.

4. Comunication Server
    Server khusus "Dial in/out" bagi user untuk dapat melakukan dial dari lokasi remote sehingga dapat terhubung ke LAN.

5. Multiplexer
    Mentrasmisikan gabungan beberapa sinyal melalui sebuah sirkuit. Multiplexer dapat mentransfer beberapa data secara terus menerus sperti video, sound, text dan sebagainya.

6. Switch X.25/Frame Relay
    Untuk menghubungkan data local/private melalui jaringan data, menggunakan sinyal digital. Switch ini sama dengan swtich ATM, tetapi kecepatan transfer datanya lebih rendah dibanding dengan ATM.

Beberapa keuntungan menggunakan jaringan WAN

1. Server kantor pusat dapat berfungsi sebagai bank data dari kantor cabang.
2. Komunikasi antar kantor dapat menggunakan e-mail atau chat.
3. Dokumen/File yang dikirim melalui e-mail ataupun transfer file dari/ke kantor pusat dan kantor cabang dengan cepat dan biaya murah.
4. Polling data dan Updating data antar kantor dapat dilakukan setiap hari sesuai waktu yang ditentukan.

Rabu, 16 Maret 2011

Laporan Jaringan Komputer

Membuat Jaringan Lokal antar Laptop

Nama : Restu Rachmad Vintopo
NIM : 09 615 001

1. Bahan
-Laptop
-Kabel UTP
-Switch

2. Langkah Percobaan dan Pengujian
-Siapkan Kabel UTP yang terhubung dengan jaringan lokal
-Colokkan Kabel UTP pada port connector RJ-45 yang ada pada laptop.
-Buat jaringan lokal dengan cara mengubah IP pada ikon local area connection dan
mengubanhnya menjadi IP static (172.10.0.4 dan DNS 255.255.254.0).

Selanjutnya klik dua kali pada tulisan yang bewarna biru untuk merubah alamat IP dan DNS Laptop.


Akan muncul jendela Internet Protocol (TCP/IP) properties, perhatikan gambar di bawah :


 -Aturlah alamat IP sesuai dengan aturan dosen, kemudian secara otomatis akan muncul DNS, DNS di atas merupakan DNS untuk IP yang berada di kelas C.

-Kemudian untuk mengecek terjadinya koneksi laptop, bukalah command prompt kemudian ketikkan ping 172.10.0.1 –t untuk mengecek apakah ada data yang dikirim dan diterima.

-Perhatikan gambar di bawah ini :


3. Analisis dari hasil percobaan jaringan komputer 1, adalah adanya konflik antar alamat IP, dimana IP satu dengan yang lain sama, ditambah jika jaringan pada satu switch dipasang kabel LAN melebihi dari computer yang dikoneksikan maka rentan tidak konek, sehingga untuk pemasangan kabel di switch disesuaikan dengan kebutuhan.

Senin, 14 Maret 2011

OSI Layer dan Contoh - contoh Protokol yang Digunakan

        Supaya setiap peralatan dalam sebuah jaringan dapat berkomunikasi, maka peralatan tersebut harus memiliki 'bahasa' yang sama. Hal itulah yang disebut dengan protokol. Protokol adalah sekumpulan aturan yang mendefinisikan bagaimana peralatan-peralatan dalam jaringan saling berkomunikasi.

        Pada model OSI ini diterapkan model lapisan atau layer dimana setiap lapisan memiliki fungsi masing-masing. Standar OSI tidak membahas secara mendetail tentang cara kerja masing-masing lapisan. tetapi hanya memberikan konsep dan menentukan proses yang terjadi pada lapisan tertentu serta menentukan protokol yang dapat digunakan pada lapisan tersebut.
        Tujuan utama penggunaan model OSI adalah untuk membantu desainer jaringan memahami fungsi dari tiap-tiap layer yang berhubungan dengan aliran komunikasi data. Termasuk jenis-jenis protoklol jaringan dan metode transmisi.

        Model dibagi menjadi 7 layer, dengan karakteristik dan fungsinya masing-masing. Tiap layer harus dapat berkomunikasi dengan layer di atasnya maupun dibawahnya secara langsung melalui serentetan protokol dan standard.

1. APLICATION LAYER 
    Menyediakan jasa untuk aplikasi pengguna. Layer ini bertanggungjawab atas pertukaran informasi antara program komputer, seperti program e-mail, dan service lain yang jalan di jaringan, seperti server printer atau aplikasi komputer lainnya. contohnya FTP, DMTIP, POP3.

2. PRESENTATION LAYER
    Bertanggung jawab bagaimana data dikonversi dan diformat untuk transfer data. Contoh konversi format text ASCII untuk dokumen, .gif dan JPG untuk gambar. Layer ini membentuk kode konversi, translasi data, enkripsi dan konversi., contoh protokolnmya ASCII, MPEG, JPEG.

3. SESSION LAYER
   Menentukan bagaimana dua terminal menjaga, memelihara dan mengatur koneksi,- bagaimana mereka saling berhubungan satu sama lain. Koneksi di layer ini disebut “session”, contohnya protokol SQL, RPC.

4. TRANSPORT LAYER
    Bertanggung jawab membagi data menjadi segmen, menjaga koneksi logika “end-to-end” antar terminal, dan menyediakan penanganan error (error handling)., contoh protokolnya  TCP, UDP, SPX.

5. NETWORK LAYER
   Bertanggung jawab menentukan alamat jaringan, menentukan rute yang harus diambil selama perjalanan, dan menjaga antrian trafik di jaringan. Data pada layer ini berbentuk paket, contoh protokolnya IP, IPX ARP, RARP, ICMP, RIP.

6. DATA LINK LAYER
    Menyediakan link untuk data, memaketkannya menjadi frame yang berhubungan dengan “hardware” kemudian diangkut melalui media. komunikasinya dengan kartu jaringan, mengatur komunikasi layer physical antara sistem koneksi dan penanganan error, contoh protokolnya SLIP, PPP, MTU.

7. PHYSICAL LAYER
   Bertanggung jawab atas proses data menjadi bit dan mentransfernya melalui media, seperti kabel, dan menjaga koneksi fisik antar sistem, contoh protokolnya : 10baseT, 100baseT, RS232.

Proses yang terjadi pada informasi yang dikirimkan oleh sebuah aplikasi ketika melalui lapisan OSI di atas adalah sebagai berikut

1. Pada Aplication, Presentation dan session layer, informasi diubah menjadi data.
2. Pada Transport layer, data diubah menjadi segmen.
3. Pada Network layer, segmen diubah menjadi paket.
4. Pada Data link layer, paket diubah menjadi frame.
5. Pada Phisical layer, frame diubah menjadi bit sehingga siap untuk dikirimkan.

Senin, 17 Januari 2011

Teknik Encoding, Pendeteksi Error & Automatic Repeat Request


Nonreturn to Zero-Level (NRZ-L):yaitu suatu kode dimana tegangan negatif dipakai untuk mewakili suatu binary dan tegangan positif dipakai untuk mewakili binary lainnya.
  • Dua tegangan yang berbeda antara bit 0 dan bit 1
  • Tegangan konstan selama interval bit
  • Tidak ada transisi yaitu tegangan no return to zero
Contoh:
  • Lebih sering, tegangan negatif untuk satu hasil dan tegangan positif untuk yang lain
  • Ini adalah NRZ-L
 

Nonreturn to Zero Inverted (NRZI):yaitu suatu kode dimana suatu transisi (low ke high atau high ke low) pada awal suatu bit time akan dikenal sebagai binary ’1′ untuk bit time tersebut; tidak ada transisi berarti binary ’0′. Sehingga NRZI merupakan salah satu contoh dari differensial encoding.
  • Nonreturn to Zero Inverted (NRZI) dalam kesatuan
  • Pulsa tegangan konstan untuk durasi bit
  • Data dikodekan / diterjemahkan sebagai kehadiran(ada) atau ketiadaan sinyal transisi saat permulaan bit time
  • Transisi (dari rendah ke tinggi atau tinggi ke rendah) merupakan biner 1
  • Tidak ada transisi untuk biner 0
  • Sebagai contoh encoding differential
Keuntungan differensial encoding :
  • lebih kebal noise
  • tidak dipengaruhi oleh level tegangan.
 Kelemahan dari NRZ-L maupun NRZI :
  • keterbatasan dalam komponen dc dan kemampuan synchronisasi yang buruk
 

 Bipolar with 8-Zeros Substitution (B8ZS) yaitu suatu kode dimana :
  • jika terjadi oktaf dari semua nol dan pulsa tegangan terakhir yang mendahului oktaf ini adalah positif, maka 8 nol dari oktaf tersebut di-encode sebagai 000+ -0- +
  • jika terjadi oktaf dari semua nol dan pulsa tegangan terakhir yang mendahului oktaf ini adalah negatif, maka 8 nol dari oktaf tersebut di-encode sebagai 000-+0+ -.
  • Penggantian Bipolar With 8 Zeros
  • Didasarkan pada bipolar-AMI
  • Jika octet pada semua zero dan pulsa terakhir tegangan yang terdahulu adalah encode positif sebagai 000+-0-+
  • Jika octet pada semua zero dan pulsa terakhir tegangan yang terdahulu adalah encode negatif sebagai 000-+0+-
  • Karena dua pelanggaran pada kode AMI
  • Tidak mungkin untuk terjadi seperti hasil noise
  • Receiver mendeteksi dan menerjemahkan seperti octed pada semua zero
  • Penggunaan Scrambling untuk menggantikan rangkaian yang menghasilkan tegangan konstan.
  • Rangkaian Filling 
  • Harus cukup menghasilkan transisi untuk sinkronisasi
  • Harus dapat diakui oleh receiver dan digantikan dengan yang asli
  • Panjang sama dengan yang asli

  • Tidak ada komponen dc

  • Tidak ada rangkaian panjang pada saluran sinyal level zero

  • Tidak ada penurunan pada kecepatan data

  • Kemampuan pendeteksian error

High-density bipolar-3 zeros (HDB3):yaitu suatu kode dimana menggantikan stringstring dari 4 nol dengan rangkaian yang mengandung satu atau dua pulsa atau disebut kode violation, jika violation terakhir positive maka violation ini pasti negative dan sebaliknya (lihat tabel).
  • Kepadatan tinggi Bipolar 3 Zeros
  • Didasarkan pada bipolar-AMI
  • String pada empat zero digantikan dengan satu atau dua pulsa

PENDETEKSI ERROR

Parity bit
A              Parity bit adalah sedikit yang ditambahkan untuk memastikan bahwa jumlah bit dengan satu nilai di set bit genap atau ganjil. Paritas bit digunakan sebagai bentuk paling sederhana dari kode kesalahan mendeteksi.

        Ada dua varian bit parity: paritas genap bit dan bit paritas ganjil. Bila menggunakan bahkan paritas, bit paritas diset ke 1 jika jumlah yang dalam yang diberikan set bit (tidak termasuk bit paritas) aneh, membuat seluruh himpunan bit (termasuk bit paritas) bahkan. Bila menggunakan paritas ganjil, bit paritas diset ke 1 jika jumlah yang dalam yang diberikan set bit (tidak termasuk bit paritas) bahkan, menjaga seluruh himpunan bit (termasuk bit paritas) aneh. Dengan kata lain, sebuah bit paritas bahkan akan diatur ke "1" jika jumlah 1's + 1 genap, dan bit paritas ganjil akan ditetapkan ke "1" jika jumlah 1's +1 ganjil.

CRC – Cyclic Redundancy Check
        Cyclic redundancy check (CRC) adalah metode yang umum digunakan untuk mendeteksi error. CRC beroperasi pada sebuah frame/block. Setiap block berukuran m bit yang akan dikirim akan dihitung CRC checksumnya (berukuran r bit), kemudian dikirim bersama2 dengan frame (dengan ukuran m+r bit). Pada sisi penerima, penerima akan menghitung CRC checksum pada frame yang diterima, dan dibandingkan dengan checksum yang diterima, jika berbeda, berarti frame rusak. CRC menggunakan prinsip modulo bilangan. Data dianggap sebagai sebuah bilangan, dan untuk menghitung checksum, sama dengan menambahkan digit untuk data dengan digit untuk checksum (berisi 0) kemudian dibagi dengan pembilang tertentu, dan sisa pembagiannya menjadi checksum untuk data tersebut. Tergantung pemilihan bilangan pembagi, CRC dapat mendeteksi single-bit error, double bit error, error berjumlah ganjil, burst error dengan panjang maksimum r. Bilangan pembagi tersebut disebut sebagai generator (polinomial).
Berikut contoh deskripsi mengenai CRC.
Di sisi pengirim:
#    Data memiliki m bit
1001, m = 4
#    Generator memiliki panjang r bit
101, r = 3
#    Tambahkan r-1 bit 0 ke data:
100100
#    Bagi bilangan ini dengan generator, sisanya (11) adalah checksum
#    Tambahkan checksum ke data asal: 100111
Di sisi penerima:
#    Bagi data yang diterima dengan generator.
Jika sisanya bukan 0, berarti terjadi kesalahan.
#    Jika sisanya 0, berarti tidak terjadi kesalahan,
sesuai dengan kriteria generator yang digunakan.
Pada CRC ini, generator pembagi data ini sering disebut generator polinomial karena nilai pembagi ini dapat direpresentasikan dalam bentuk polinomial peubah banyak, tergantung pada jenis/nilai pembagi yang digunakan. Gambar berikut menjelaskan konsep tersebut.
e59bbee78987-3
Berikut adalah beberapa generator polinomial yang sering digunakan berdasarkan konvensi internasional.
LRC: X8 + 1
CRC-12: X12 + X11 + X3 + X2 + X + 1
CRC-16: X16 + X15 + X2 + 1
CRC CCITT V41: X16 + X12 + X5 + 1 (digunakan pada HDLC procedure.)
CRC-32 (Ethernet): = X32 + X26 + X23 + X22 + X16 + X12 + X11 + X10 + X8 + X7 + X5 + X4 + X2 + X + 1
CRC ARPA: X24 + X23+ X17 + X16 + X15 + X13 + X11 + X10 + X9 + X8 + X5 + X3 + 1
Jadi, secara umum dapat disimpulkan mengenai CRC ini adalah sebagai berikut
Kelebihan dari metode CRC:
  • Dapat digunakan dalam pengiriman data berkecepatan tinggi (16-32 bit).
  • Memiliki kehadalan sistem yang sangat tinggi, yaitu sekitar 99%.
  • Mampu mendeteksi bit error dalam jumlah banyak (burst error) dengan panjang yang kurang dari jumlah redundansi bitnya.
Kekurangan dari metode CRC:
  • Realisasi rangkaian/hardware dan software yang paling sulit dibanding parity check dan checksum.
  • Analisis dan perhitungan dalam perancangan yang cukup sulit.

AUTOMATIC REPEAT REQUEST

GAMBAR: Stop-and-Wait ARQ
Stop-and-Wait ARQ didasarkan atas teknik flow control stop-and-wait yang telah diuraikan pada posting sebelumnya. Stasiun source mentransmisikan sebuah frame tunggal dan kemudian harus menunggu balasan berupa acknowledgement (ACK). Tidak ada frame yang dikirim sampai jawaban dari stasiun tujuan tiba di stasiun sumber.
Ada dua jenis kesalahan yang dapat terjadi. Pertama, frame yang tiba di tujuan bisa mengalami kerusakan. Receiver mendeteksi kerusakan tersebut dengan menggunakan teknik pendeteksian kesalahan yang berkaitan dengan pembuangan frame lebih awal. Untuk menghitung kemungkinan ini, stasiun sumber dilengkapi dengan sebuah pencatat waktu. Setelah frame ditransmisikan/stasiun sumber menunggu balasan. Bila tidak ada balasan yang diterima sampai waktu yang ditentukan pencatat habis, maka akan dikirimkan frame yang sama. perhatikan bahwa metode ini mengharuskan transmitter mempertahankan tiruan frame yang ditransmisikan sampai balasan diterima oleh frame tersebut.
Jenis kesalahan yang kedua adalah kerusakan pada balasan. Amati situasi berikut. Stasiun A mengirim, sebuah frame. Frame ini diterima dengan baik oleh stasiun B, yang meresponnya dengan memberi balasan (ACK). ACK mengalami kerusakan saat singgah dan tidak diakui oleh A, yang karenanya keluar dari jalur waktu dan kembali mengirim frame yang sama. Duplikat frame ini tiba dan diterima oleh B. Dengan begitu B menerima dua duplikat frame yang sama seolah-olah keduanya terpisah. Untuk mengatasi problem ini, frame bergantian diberi label 0 atau 1, dan balasan positifnya dalam bentuk ACK 0 dan ACK 1. Sesuai dengan aturan jendela penggeseran, ACK 0 membalas penerimaan frame bernomor 1 dan menunjukkan bahwa receiver siap untuk frame bemomor 0.
Go-back-N ARQ
        Bentuk pengkontrolan kesalahan didasarkan atas teknik kontrol arus sliding window yang biasa disebut juga dengan Go-back-N ARQ. Dalam metode ini, stasiun bisa mengirim deretan frame yang diurutkan berdasarkan suatu modulo bilangan. Jumlah frame balasan yang ada ditentukan oleh ukuran jendela, menggunakan teknik kontrol arus jendela penggeseran. Bila tidak terjadi suatu. kesalahan, stasiun tujuan akan membalas (RR = Receive Ready, atau piggybacked Acknowledgement) frame yang datang seperti biasa. Bila stasiun tujuan mendeteksi suatu kesalahan pada sebuah frame, stasiunt tujuan mengirim balasan negatif (REJ = reject) untuk frame tersebut. Stasiun tujuan kemudian membuang frame itu dan semua frame-frame yang nantinya akan datang sampai frame yang mengalami kesalahan diterima dengan benar. Jadi, stasiun sumber, bila menerima REJ, harus melakukan retransniisi terhadap frame yang mengalami kesalahan tersebut plus semua frame pengganti yang ditransmisikan sementara.

GAMBAR: Protokol sliding window ARQ
       Gambar di posting ini adalah contoh aliran frame untuk go-back N ARQ. Karena adanya penundaan perambatan pada jalur, dari saat itu di mana balasan (baik positif maupun negatif) tiba kembali di stasiun pengiriman, sedikitnya telah dikirim satu frame tambahan di luar frame yang sedang dibalas. Dalam contoh ini, frame 4 mengalami kerusakan. Frame 5 dan 6 diterima tidak sesuai yang diperintahkan dan dibuang oleh B. Saat frame 5 tiba, B segera mengirim REJ 4. Saat REJ untuk frame 4 diterima, tidak hanya frame 4 saja namun juga frame 5 dan 6 yang harus ditransmisikan kembali. Perlu dicatat bahwa transmitter harus menjaga tiruan semua frame yang tidak dibalas. 

SELECTIVE REJECT ARQ
        Dengan selective-reject ARQ, frame-frame yang hanya diretransmisikan adalah frame-frame yang menerima balasan negatif, dalam hal ini disebut SREJ atau frame-frame yang waktunya sudah habis. Gambar di posting ini menyajikan ilustrasi skema ini. Bila frame 5 diterima rusak, B mengirim SREJ 4, yang berarti frame 4 tidak diterima. Selanjutnya, B berlanjut dengan menerima frame-frame yang datang dan menahan mereka sampai frame 4 yang valid diterima. Dalam. hal ini, B dapat meletakkan frame sesuai pada tempatnya agar bisa dikirim ke software pada lapisan yang lebih tinggi.
Selective Reject lebih efisien dibanding go-back-N, karena selective reject meminimalkan jumlah retransmisi. Dengan kata lain, receiver harus mempertahankan penyangga sebesar mungkin untuk menyimpan tempat bagi frame SREJ sampai frame yang rusak diretransmisi, serta harus memuat logika untuk diselipkan kembali frame tersebut pada urutan yang tepat. Selain itu, transrrdtter juga memerlukan logika yang lebih kompleks agar mampu mengirimkan frame diluar urutan. Karena komplikasi semacam itu, selective-reject ARQ tidak terlalu banyak dipergunakan dibanding go-back N ARQ.
Batas ukuran jendela lebih terbatas untuk selective-reject daripada go-back-N. Amati kasus ukuran nomor urut 3-bit untuk selective reject. Dengan ukuran jendela sebesar tujuh, Ialu amati skenario berikut:
  1. Stasiun A mengirim frame 0 melalui 6 menuju stasiun B
  2. Stasiun B menerima ketujuh frame dan membalasnya secara komulatif dengan RR7.
  3. karena adanya derau besar, RR7 menghilang.
  4. Waktu habis dan mentransmisikan frame 0 kembali.
  5. B memajukan jendela penerimanya agar menerima frame 7, 0, 1, 2, 3, 4, dan 5. Jadi diasumsikan bahwa frame 7 sudah hilang dan berarti pula ini merupakan frame 0 yang baru diterimanya.
(a) Go-Back-N ARQ (b) Selective reject ARQ
GAMBAR: Protokol sliding window ARQ
       Masalah pada skenario tersebut, adalah adanya tumpang tindih antara jendela pengiriman dan penerimaan. Untuk mengatasinya, ukuran jendela maksimum harus tidak boleh lebih dari separuh jarak nomor urutan. Pada skenario sebelumnya, seandainya keempat frame tak terbalas belum diselesaikan, maka tidak akan terjadi kekacauan. Umumnya, untuk bidang bernomor urut k-bit, yang meneyediakan jarak urutan nomor sebesar 2k, ukuran maksimum jendela dibatasi sampai 2k-1